Minggu, Desember 09, 2007

Trinda Farhan Satria, Ketua Umum DPW PKS Sumbar * Bangun Peradaban Madani, Mundur dari PNS

Kapan Anda mulai mengenal PKS?
Sebelumnya perlu saya jelaskan terlebih dahulu bahwa PKS sebenarnya partai dakwah. PKS lahir dari aktifitas-aktifitas dakwah orang-orang kampus. Sejak awal tahun 1990-an, berkembang aktifitas dakwah dan dan pengajian-pengajian kelompok di kampus. Seiring berjalannya waktu, pada zaman Soeharto (semasa menjabat Presiden RI), ternyata diperlukan terjadinya perubahan bangsa dan umat negeri ini. Tapi tidak cukup hanya dengan dakwah kultural saja seperti pengajian kelompok, diskusi-diskusi dan membina orang. Artinya, perbaikan perlu dilakukan dengan dua sisi yaitu kultural dan struktural. Ketika bicara perbaikan dari sisi struktural, maka satu-satunya media yang efektif adalah partai politik. Sehingga tahun 1998, para aktivis yang sejak mahasiswa aktif di kegiatan dakwah berkumpul di Jakarta, termasuk saya. Itu momentum yang paling baik untuk mengangkat pengaruh dakwah dari awalnya hanya kultural ke tingkat struktural. Hingga kemudian sepakat melakukan perubahan dengan gerakan reformasi dan perlu adanya pendekatan struktural dengan partai dan terbentuklah PK (Partai Keadilan, sebelum menjadi PKS). Waktu itu saya ikut di dalamnya, tapi pengurus DPD PKS Kota Bandung ketika kuliah mengambil S2 (Magister Teknik dan Manajemen Industri ITB). Jadi, Anda sejak awal sudah berkiprah di PKS? Begitulah. Bagi orang PKS, saya bukan orang baru lagi. Untuk penggodokan PKS di Padang Sumatera Barat, pada masa itu saya ikut. Tapi pas mau deklarasi, saya harus ke Bandung, kuliah. Namun, sekitar tahun 1999, keluar UU bahwa PNS tidak boleh ikut partai politik. Banyak pengurus waktu itu yang mengajukan surat pengunduran dari partai politik, termasuk saya. Kartu anggota saya serahkan ke partai. Meskipun ada juga yang memilih tetap di partai. Tetapi, karena dalam sejarahnya (PKS) ada dakwah kultural dan dakwah struktural, maka dakwah kultural tetap saya jalankan dan ikuti. Sampai kembali ke Padang, saya masih tetap lakukan kegiatan (dakwah kultural) itu. Cuma secara struktural partai saja saya tidak masuk. Lantas, gimana sampai anda terpilih sebagai Ketua DPW PKS seperti sekarang? Saya tidak tahu persis juga sebenarnya, kenapa saya di pilih Majelis Pertimbangan Wilayah (MPW) PKS Sumbar sebagai calon alternatif saat ini. Calon alternatif dalam arti, dalam organisasi, saya calon dari luar struktur kepengurusan partai. Jadi, bukan pengertian alternatif karena tidak ada calon lain. Saya di luar partai aktif mengisi berbagai pelatihan kader PKS sebagai instruktur, termasuk saat pencalonan anggota legislatif. Saat jadi Ketua DPW, anda khabarnya langsung melepaskan status PNS sebagai Kepala Laboratorium Perencanaan & Optimasi Sistem Industri di Unand?. Apa hal mendasar yang mendorong anda melepas status PNS dan terjun secara total di struktural PKS? Saya mendapat penghormatan yang luar biasa karena teman-teman memberikan amanah (sebagai Ketua DPW PKS Sumbar) yang begitu besar kepada saya. Saya melepaskan status PNS karena semenjak kuliah atau mahasiswa, saya merasakan sebuah kenikmatan yang baru ketika terlibat dalam aktifitas dakwah. Sampai sekarang PKS ternyata masih konsisten terhadap apa yang dulu menjadi platformnya dan tetap mengukuhkan diri sebagai partai dakwah. Membangun peradaban yang madani. Selain itu, dalam hidup ini banyak pilihan dan tidak bisa di-generalisir bahwa ketika masuk parpol harus melepaskan jabatan PNS secara ramai-ramai. Saya sendiri menganggap ini sebagai sebuah konsekuensi yang harus saya terima, ketika menerima permintaan untuk terlibat secara langsung dan formal dalam sebuah partai politik yang sesuai UU harus mundur daari PNS. Sekitar beberapa jam sebelum pemilihan Ketua di Muswil PKS, saya menyatakan diri 100 persen mundur dari PNS. Pada awalnya saya sudah mempertimbangkannya juga secara matang dan istikharah. Begitu juga dengan keluarga, karena sudah hidup dalam lingkungan dakwah sejak lama, mereka memahami dan menyetujui berjuang di jalan dakwah ini. Untuk kepentingan masyarakat luas. Beralih ke jabatan anda sebagai Ketua DPW PKS Sumbar. Karena anda dulunya masuk PKS berawal dari kegiatan dakwah kampus, apakah dengan kepemimpinan anda sekarang juga akan menjadi kampus sebagai target perolehan suara 2009 mendatang? Kampus sebagai kawasan intelektual yang rasional, sebenarnya sebagian besar sudah menjadikan PKS pilihan mereka. Terutama orang yang tahu informasi. Sederhananya, hampir di seluruh Kota-kota besar di wilayah barat Indonesia, rata-rata sudah punya potensi pemikiran yang sama untuk itu dengan informasi yang mereka peroleh. Apakah kampus akan menjadi fokus utama anda untuk tahun 2009? Target 2009 bukanlah target yang sederhana untuk dicapai. Meski begitu saya optimis akan tercapai dengan mesin partai yang kita punyai yaitu para kader yang menjadi tulang punggung PKS. Kita tidak hanya mengandalkan segmen yang ada sekarang saja, termasuk kampus. Kita akan perluas ke segmen-segmen yang ada. Kawasan yang selama ini cenderung lebih besar pada lingkup perkotaan saja, akan di dorong lebih luas ke semua lini daerah hingga tingkat akar rumput. Begitu juga dengan lapisan masyarakatnya, semuanya akan kita rangkul seperti elemen sosial kemasyarakatan. Orang-orang yang sangat concern terhadap perjuangan akan kebenaran dan keadilan pun, bagi kami sudah bagian dari PKS, meskipun mereka bukan anggota atau kader PKS. Apa program anda untuk awal tahun pertama ini? Kader yang jumlahnya banyak tanpa dikelola dengan struktur yang kuat tidak akan maksimal jadinya. Untuk itu, pertama tahun 2006 ini kita akan mengukuhkan struktur pengurus hingga ke tingkat ranting. Sekarang kita inginkan semuanya tidak hanya sekedar ada, harus ada standarnya sehingga mampu menjadi mesin-mesin penggerak yang aktif dan produktif. Bahkan, kita juga akan kembangkan sampai ke Mentawai dan daerah-daerah minim kader lainnya. Artinya, kedepan tidak hanya sekedar ada plang nama saja. Bagaimana dengan target pertumbuhan kader dan perolehan suara PKS yang realistis bagi anda? Untuk 2009, kita targetkan kader utama saja yang militan pertumbuhannya sekitar 26 ribu samiapi 30 ribu. Mereka semuanya memahami garis dan arah perjuangan PKS. Belum termasuk simpatisan yang justeru lebih masif jumlahnya. Sedangkan perolehan suara ditargetkan sekitar 650 ribu atau masuk 2 besar. Dengan begitu, diperkirakan anggota kita di DPR-RI tahun 2009 naik dua kali lipat dari sekarang hanya 2 orang, menjadi 4 orang. Sebagai partai dakwah, bagaimana PKS menjalin hubungan dengan eksekutif di daerah ini? Pada prinsipnya, sudah jelas bahwa sama siapa saja yang berpihak kepada kebenaran dan keadilan akan kita dukung dan jalin sinergi. Disisi lain, kita tidak hanya dalam artian mendukung saja, tapi tetap melakukan kritikan yang konstruktif. Misalnya apabila ada ada fenomena penyimpangan, PKS siap menjadi yang terdepan untuk mengkritisi dan kita pun ada badan yang mengelola itu secara strategis yaitu legislatif. Sementara untuk hubungan dengan partai lain, kita sudah punya rencana untuk melakukan silaturrahmi dan berdialog bersama mereka dalam arti membangun sinergi. Begitu juga dengan organisasi sosial dan kemasyarakatan lainnya. Kita terbuka sama siapa saja, selagi tujuannya untuk kebenaran dan keaadilan. Bagaimana jika kader atau anggota PKS sendiri yang melakukan penyimpangan? Apakah siap menindaknya? Bukan siap lagi. Itu sudah dilakukan. Kita akan lakukan itu dan proses melalui Dewan Syariah PKS. Paling utama pelanggaran yang berhubungan dengan Syariah. Tapi, sejauh pengetahuan saya, di Sumbar saat ini belum ada yang sampai ke tingkat itu. Di daerah lain sudah ada yang sampai di pecat dan di PAW dari legislatif serta diberikan pembinaan.
Dosen Teladan Jadi Politisi Dai Tak pernah terbesit dalam pikiran Trinda Farhan Satria yang akrab dipanggil Farhan bakal terjun secara formal atau struktural ke dunia politik. Walaupun dalam kenyataannya kedekatan rang Maninjau ini dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tak bisa dipisahkan. Bahkan sejak ia kuliah. Keseharian pria low profile, lagi tampan ini, lebih banyak berkutat di lingkungan kampus. Maklum saja, terhitung semenjak 1996, Farhan mendedikasikan dirinya selaku dosen di Jurusan Teknik Industri Universitas Andalas (Unand) Padang. Tak hanya itu, sejumlah universitas terdepan di Kota ini pun pernah disingahinya. Suami Candra Gumilarti ini, juga pernah menjadi dosen luar biasa di Jurusan Teknik Industri Universitas Bung Hatta Padang (UBH). Begitu pun di Universitas Ekasakti (Unes) dan STTIND Padang. Tak hanya itu, berkat prestasi dan kinerjanya, ia pernah diangkat menjadi Kepala Labor Sistem Informasi Keputusan dan Statistik Industri UBH Padang. Lulusan sarjana Teknik Industri dan Magister Teknik dan Manajemen Industri ITB, ini pun pernah menjadi Ketua Program Studi Teknik Industri Unand. Bahkan tahun 2001 – 2005, ia diangkat menjadi Sekretaris Jurusan Teknik Industri Unand. Sekarang pun Farhan masih tercatat selaku Kepala Laboratorium Perencanaan dan Optimasi Sistem Industri Unand. Termasuk Direktur dan Trainer di Lembaga Manajemen Terapan Trustco Padang. Di lembaga Trustco inilah Farhan lebih leluasa berkomunikasi dengan kader-kader PKS. Pasalnya, ia sering diundang menjadi instruktur kader dan pembekalan anggota legislatif (aleg) PKS. Namun, betapa pun sibuknya di luar, Farhan tetap tak melupakan kewajibannya selaku ayah. Tak urung ayah dari Abdurrahman Khalish, Muhammad ‘Azzam Muhyiddin, Muhammad Ihsan Mubarak, Umar Lathif AlFaruqi, dan Ahmad Taqiuddin ini, memiliki kedekatan dan keakraban dengan anak-anaknya. Baginya, dukungan keluarga, menjadi motivator untuk lebih maksimal dalam menggeluti profesinya. Berkat dukungan keluarga ini pulalah, Farhan merorehkan beragam prestasi. Prestasi gemilangnya ditorehkan dengan meraih prediket Dosen Teladan Fakultas Teknik Unand, Juara I Musabaqah Tilawatil Qur’an Akademi Kesehatan se DKI Jakarta. Sungguh prestasi yang amat mengembirakan. Biarpun sejumlah prestasi diraihnya, Departemen Diklat Ikatan Da’i Indonesia (IKADI) senantiasa berkomitmen meningkatkan kualitas diri. Beberapa waktu lalu, Farhan masih menyempatkan diri mengikuti Training of Trainer dan Leadership Training di Jakarta (2005). Awal tahun ini ia aktif dalam Pelatihan Menajemen Dakwah Tingkat Lanjut. Kini nahkoda DPW PKS Sumbar berada di bawah kendalinya. Dai sekaligus politisi ini pun beralih profesi menjadi Politisi Dai. Siap atau tidak siap, Farhan menjadi tumpuan harapan kalangan internal PKS dan masyarakat Sumbar. Mau kemana Sumbar akan diusung? Tentu kepiawaian Farhan dan dukungan masyarakat Sumbar sangat menentukan. Selamat Berjuang.(*) Sumber: PadangEkspress
Artikel ini merupakan sebuah tulisan rintisan. Anda dapat turut-serta mengembangkannya menjadi artikel yang utuh. Diperoleh dari "http://www.pks-anz.org/pkspedia/index.php?title=Trinda_Farhan_Satria"

Tidak ada komentar: